Thursday, January 24, 2019

Belajar Budi Pekerti Sejak Dini

Di tulis
Yudha Andri R
Sekolah Citaloka

Menolong adalah perilaku sosial  yang secara spontan memanggil sikap pada diri kita (Akhlak mulia) untuk membantu, tanpa memandang fisik, gender, materi dan lainnya. Perilaku negatif dengan cara, memilih siapa yang harus dibantu, perlu menunggu intruksi, atau bahkan oanglain harus tahu (update status, posting, dsb) sepertinya menjadikan sesuatu yang kurang pas. Padahal niatan menolong adalah menyelamatkan atau meringankan beban seseorang, itu cukup dan tidak perlu lampiran lainnya.
murid Sekolah Citaloka saat menolong teman
Perilaku positif menolong atau membantu tersebut akan menjadi bagian dari seseorang jika diajarkan sejak dini, atau usia dini 0-8 tahun. Sehingga individu akan terbiasa menolong, membantu orang lain dengan sendirinya atau panggilan hati tanpa memikirkan lampiran atau imbalbaliknya, saat mengetahui lingkungan membutuhkan. Menolong atau membantu tidak selalu menggunakan materi, diri kita sendiri atau tenaga kita lebih dari cukup untuk meringankan beban orang yang sedang membutuhkan.

Sekolah Citaloka, merupakan sekolah berbasis Budaya dan Inklusi, salah satu nilai yang diajarkan adalah saling menolong atau sayang teman. Maksudnya adalah mengajarkan anak respon cepat dan saling menghargai, tanpa melihat latar belakang teman yang akan ditolong, sehingga individu yang membutuhkan bantuan dapat segera tertolong atau mendapatkan bantuan. Hal yang kami lakukan di dalam kelas yaitu dengan cara berdiskusi, mengenal aturan bermain dan mengenal kebutuhan teman satu sama lain, yang dilakukan sebelum  kegiatan atau bermain, terutama saat bermain bersama. Hal ini kami anggap cukup efektif untuk menerapkan perilaku saling menghargai dan menolong tersebut. 
Terbukti saat kami melakukan permainan yang dikehendaki anak "bermain bentengan dan bola" (hampir mirip permainan jawa era 90 an dinamakan paksekong) salah satu teman yang masih butuh dibantu V terjatuh. Spontan semua anak respon cepat, dan menghentikan permainan kemudian menghampiri V untuk membantunya berdiri. Hal yang mengharukan lagi, salah satu anak EMZ (3 setengah tahun), mencoba merayunya agar tidak menangis dan mau bermain lagi "V, ayo dicoba berdiri"sambil menarik tangan Kiri V. (gambaran nyata saat kejadian di foto).
Kemana edukator atau pendidik saat Itu? jawabanya ada disekitar, hanya saja edukator bukan menjadi pahlawan pertama, melainkan pahlawan terakhir saat anak-anak tidak mampu atau keadaan darurat. Perilaku Edukator bukan perilaku acuh atau salah, karena Edukator tetap bertanggung jawab sepenuhnya dan bukan berarti Edukator yang harus menolong. Disini Edukator menerapkan pembelajaran yang sangat berharga untuk anak-anak karena memberikan peluang anak-anak mampu mengembangkan sosial emosinya, dan empati. Terutama mengembangkan tentang Budi pekerti atau akhlak mulia pada anak sejak dini.
Menurut kami sekolah Citaloka memberikan lingkungan yang efektif untuk anak usia dni dalam mengembangkan akhlak dan budi pekerti sejak dini, melalui beberapa permainan. Anak diberikan kesempatan melakukan hal-hal yang baik, sehingga anak dapat tertanamkan pribadi yang positif

"(Gunawan & Darmani. 2018) dalam bukunya Mengajar di jaman NOW, menuliskan"
berakhlak mulia, Buah dari iman adalah akhlak mulia. Ahlak Mulia atau dalam arti lain dimaknai sebagai budi pekerti luhur merupakan terejawantahkan dalam perilaku, ucapan, dan sikap keseharian. orang berakhlak Muliaakan berkarya dengan sungguh-sungguh, berprestasioptimal dalam segala lini kehidupan, bersikap "adap asor" terhadap sesama

salam, Y.Andri.R

No comments:

Pembelajaran Science, Technology, Engineering, Art dan Mathematic untuk Anak Usia Dini

 Penulis Yudha Andry Riyanto Praktisi pendidikan anak usia dini   yudha.andri65@gmail.com STEAM merupakan singkatan dari  Science, Technolog...