Tulisan
Yudha Andry Riyanto
sekolah menyenangkan CITALOKA
Permainan sepak bola merupakan permainan identik dengan permainan laki-laki, permainan masak-masak, boneka identik dengan permainan perempuan dan ini merupakan bentuk Diskriminasi, menurut saya. Pertanyaan Saya apakah permainan tersebut mempunyai jenis kelamin ?
jika tidak mengapa banyak pandangan masyarakat luas jika permainan-permainan tersebut jadi permainan laki-laki dan permainan perempuan? mungkin masih banyak kasus yang perlu di revisi, misalnya dengan warna, apakah warna juga mempunyai jenis kelamin, sehingga Warna Pink, kuning dsb itu identik dengan perempuan?
![]() | |||||
Diaz (laki-laki) dan Alzena (perempuan), | bermain bola |
Ya, disini kami sedikit ingin menegaskan bahawa hak asasi memilih permaian maupun warna tidak diatur dalam undang-undang. Jadi para orangtua, atau pendidik Anak usia dini mulailah membuka hak-hak (berpendapat terutama) anak didiknya untuk mengeksplorasi permaianan dan keinginannya. mungkin dan pasti pada saat anak bermain akan mendapatkan pengalaman yang sangat baik, terutama pada anak usia dini (0-8).
sekolah Citaloka, merupakan sekolah yang memberi kebebasan berpendapat anak, mengharagai pendapat dan berbasis Multikultural. Sekolah Citaloka sangat memberikan ruang bermain yang cukup baik bagi anak-anak usia dini yang sedang berkembang. sekolah Citaloka tidak membedakan jenis permainan, atau jenis warna untuk laki dan perempuan. Metode pembelajaran Sekolah Citaloka adalah Tema yang diusung oleh anak-anak, dan dikembangkan melalui permainan Area, minitrip dan berenang.
Kesimpulannya adalah bentuk Diskriminasi pada sesuatu dapat mengahambat perkembangan anak-anak. Selain itu Diskriminasi juga mempersempit cara berfikir seseorang untuk dapat memahami, menghargai dan kedamaian.
terimakasih, Salam Andri
No comments:
Post a Comment