Ditulis
Yudha Andri Riyanto
SEKOLAH CITALOKA
Jl Imogiri Timur No
156. Mendungan, Giwangan Umbulharjo Yogyakarta
kelas Besar, Sekolah Citaloka, Membuat Dinosaurus |
Permainan adalah
bentuk kegiatan yang sangat disukai banyak anak-anak maupun dewasa. Menyikapi era
moderen saat ini jenis permainan secara offline
and online sangat banyak dan beraneka ragam jenisnya. Beberapa waktu lalu kami
mengadakan diskusi bersama beberapa orangtua murid, pertanyaan yang banyak di ajukan
adalah
“Lalu bagaimana menyikapi agar anak dapat
belajar sambil bermain, orangtua juga tidak terlalu repot?”
Sekilas kami
saling menatap dan tersenyum. Kami mendiskusikan pertanyaan tersebut diawali
dengan saya bertanya, “apakah saat si kecil merepotkan sudah mendapatkan
haknya? Hak anak salah satunya adalah perhatian, lanjut kalimat yang saya
ajukan. Kemudian bagaimana anak dapat belajar dari permainan atau bermain? Dalam
sebuah aktivitas positif dan negative disitu anak akan belajar banyak. Anak akan
belajar bagaimana emosinya tersalurkan.
Pada saat anak asyik dengan permainan,
biasanya disitu orangtua sudah mulai lemah, atau bersikap pembiaran (ah, kan
sudah tenang, ngak apa-apa yang penting diem) bukan alasan tersebut lantas
orangtua membiarkan. Akan tetapi kuncinya adalah pendampingan dan pengawasan. Bagaimana
pendampingan dan pengawasan itu tidak menggangu aktivitas anak? caranya adalah
berbicara, bertanya, komentar dan memberi masukan setelah dan sesudah bermain,
yang terpenting adalah menanyakan perasaannya bagaimana dan apa yang
didapatkan. Dari pertanyaan tersebut terus dikembangkan dan dibahas. Pembahasan
tersebut bukan seperti introgasi, akan tetapi awali dengan aktivitas yang
menyenangkan atau melalui proyeksi atau
menceritakan diri sendiri akan tetapi sebenarnya menceritakan si kecil. Saya berani
menjamin dengan cara tersebut si kecil akan menarik perhatian dengan kita. Pada
saat anak mulai menarik perhatian dengan kita, komunikasi akan terjalin dengan
baik dan orangtua dapat menilai apakah aktivitas tersebut baik dilanjutkan atau
tidak.
Sebenarnya pendampingan
tidak terlalu merepotkan atau membuat emosi, saya menilai perilaku emosi yang sering
timbul pada diri orangtua dikarenakan idealisasi pikiran dan harapan Orangtua. Orangtua merasa
keinginanan dan harapanya harus sesuai diterapkan pada anak, akan tetapi anak
merupakan individu yang usianya jauh dari usia orangtua, unik dan mempunyai kecerdasan yang luarbiasa, jelas sekali
pengalaman, pemahaman dan jalan pemikiran tidak akan sama atau sebanding dengan orangtua atau orang dewasa. Dengan
pengalaman dan usia yang lebih jauh dibandingkan anak seharusnya orangtua atau
orang dewasa mampu berfikir lebih luas dengan cara memahami dan tidak terlalu
idealis dengan anak-anak. pemikiran anak akan lebih berimajinasi, terstimulasi
dengan baik atau berkembang lebih baik, jika orangtua dapat menjadi pendamping
yang dapat menghargai pendapat anak, dan tidak terlalu otoriter. karena sikap
Otoriter, Demokrasi dan Permisivisme harus dapat seimbang untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan anak terutama social emosi.
Sekolah Citaloka selalu mengedepankan ide dan gagasan anak untuk membuat kegiatan bermain atau stimulasi tahapan perkembangan untuk anak usia dini khususnya. Dari keinginan anak membuat kegiatan tersebut, kami menyakini anak sedang berproses mengembangkan potensi dan aspek sesuai dengan tahapan perkembangannya, selanjutnya nilai karya yang dihasilkan akan selalu bermanfaat, seru dan unik. Sehingga anak merasa dihargai dan selalu ingin mengembangkan kreatifitas dan bakat yang dimiliki, tanpa adanya pikiran idealisasi dari orang dewasa atau edukatornya.
Sekolah Citaloka membuka kesempatan berdiskusi tanya jawab melalui WA seputaran perkembangan anak usia dini. Kami akan posting hasil diskusi untuk memberikan manfaat kepada oranglain. (0821-3758-0906) Sekolah Citaloka
terimakasih, salam Andry
No comments:
Post a Comment