kegiatan nonton film anak pra SD labschool Rumah Citta |
Salam membaca,
terimakasih untuk teman-teman yang sudah membaca atau meluangkan waktu untuk
membaca artikel ini. kali ini saya akan sedikit membahas tentang kegiatan kelas
dengan metode yang saya gunakan. Kali ini saya mencoba tidak menggunakan
teori-teori seperti artikel yang dulu-dulu lho ya.
Kalau menulis terpentok dengan teori dan mengakibatkan tulisan kamu
terhambat, lepas dari teori saja toh kamu sudah melakukan didalam kelas bersama
subyek secara langsung. Pengalaman itu lah kamu dapat menuliskan, pengalaman mu
adalah bahan belajar bagi teman-teman kamu yang tidak terlibat seperti kamu. (mumu,
tanda baca. 2018)
Masih dengan
metode berpusat pada anak atau student
centerd Approach. Kelas usia 6-7 tahun adalah wadah saya untuk teori
menulis ini. Hari jumat tanggal 27 April 2018, sebelum closing class seperti biasanya saya menanyakan kegiatan untuk hari
berikutnya, yaitu hari senin. Anak-anak berdiskusi dengan beberapa argument yang
dimiliki, saat itu terdapat 7 anak yang masuk sekolah. Kegiatan yang terpilih
saat itu adalah kegiatan menonton film polisi (karena tema kelas yang sedang di
sepakati). Setelah kesepakatan kegiatan saya juga menanyakan apakah kalian
yakin ?!.. (dengan nada sedikit keras), sontak seluruh anak mengatakan “yakinnnn”
dengan nada-nada semangat. Tanpa saya tanya alasannya kenapa beberapa anak
mengungkapkan alasannya
Df : mas, dan teman-teman aku mau
berbicara “kan kalau nonton film tentang polisi, kita bisa tahu tugasnya,
soalnya kita belum bisa lihat polisi bertugas secara langsung” dengan tangan
yang masih menunjuk keatas
Rd : aku, “ya jelas yakin, soalnya yang
minggu kemarin kita tidak jadi melihat film polisi lalu lintas” dengan nada
bicara cepat dan tanpa spsasi
Rfa : menunjukan jempol tangan kanan “eaa”
Rki : “aku setuju, soalnya pengen lihat
film” dengan nada sedikit terbata
Nk : “boleh-boleh” dengan gerakan kepala dan senyum
manis
St : “ho, o kan kemarin belum jadi” dengan suara yang tertekan tangan
karena bermain gigi yang goyang
Ark : “okee”
Keinginan anak-anak
merupakan hal yang butuh saya hargai, walaupun permintaan yang dirasa saya
terlalu gampang atau tidak terlalu sulit dilakukan dan maknanya sedikit, saya tetap
mengikuti permintaan anak-anak. Hari senin 8 anak masuk dengan semangat. Pikir saya
dengan libur sabtu dan minggu, hari ini anak-anak lupa dengan apa permintaan
main untuk hari ini. tetapi setelah kegiatan diawali dengan berdo’a anak-anak
berkomentar, “hari ini kok belum ada
yang buat nonton film mas? ” dengan menunjuk ruangan sebelah. “oh iya sebentar
mas ambilkan alatnya” dengan gaya sok lupa. Disini bukan saya lupa akan tetapi
secara tidak langsung saya test daya ingat anak-anak, alat yang sebenarnya sudah saya
siapkan di ruangan yang lain.
setelah kegiatan seperti biasanya kami mereview apa yang sudah di pelajari atau dilihat dari film yang diminta (POLANTAS) . banyak cerita dan pemahaman yang sangat unik dan saya pun juga baru mengenal bersama anak-anak, yaitu peluit digunakan untuk kode atau isyarat di jalan oleh polisi lalulintas.
Dari kegiatan
dan proses ini saya ingin berbagi kepada teman-teman semua, jika kita dapat
menghargai anak dan tidak menjadi maha guru dan maha orang dewasa yang lebih
tahu, anak-anak akan berkembang sesuai dengan tahapannya terutama dalam sosil
emosi, bahasa, kognitif. Kita sebagai orang dewasa atau guru lebih tepatnya
menjadi jembatan bukan menjadi pahlawan yang kadang memberi kegiatan tidak
sesuai dengan apa kemauan, isi hati anak-anak.
Sejelek-jeleknya karya anak, sesederhanannya
kegiatan yang diinginkan, anak mempunyai tujuan dan maksud sendiri. Tugas kita
mengawasi, menjembatani, dengan catatan memberi kebebebasan pada anak didik
kita, jika ingin menemukan keajaiban yang tidak ada dalam jadwal rencana kita.
(Andri. 2018)
No comments:
Post a Comment