ditulis oleh :
Yudha Andri Riyanto
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta & Pendidik AUD Lab. school Rumah Citta ECCD - RC
Perlindungan diri atau membatasi diri dengan berbagai cara
untuk menghindari tindak kejahatan, maupun tindakan yang tidak disukai dari
faktor internal, eksternal. Pada
tahun – tahun belakangan ini tindak kejahatan / kekerasan yang di post media
sosial sangat beraneka ragam, beraneka ragam dari segi pelaku maupun korban. Bagaimanakah semua itu bisa terjadi ? perkembangan
jaman yang semakin moderen adalah salah satu faktor tindak kekerasan / kejahatan
semakin berkembang. Ketika setiap individu tidak mampu untuk memberi batasan
dalam mengikuti jaman, maka yang terjadi adalah tindakan melewati batasan yang
di sarankan. Sedangkan tindakan yang melewati batasan / tanpa kesepakatan akan
menimbulkan tindak kekerasan / kejahatan maupun hal yang tidak diinginkan. Maka
yang perlu diketahui para orangtua, para orang dewasa dan pendidik adalah
meberikan ruang diskusi untuk memahami tindakan apa yang harus dilakukan ketika
melakukan sesuatu. Kurang lebihnya anak mengerti sebab akibat jika melakukan
sesuatu. Diskusi juga merupakan wahana yang efektif menggali informasi –
informasi dari anak atau orang lain, yang nantinya di dalam diskusi tersebut
menimbulkan kesimpulan yang cukup untuk menjadi bahan pertimbangan melakukan
kegiatan atau aktifitas selanjutnya.
Perlindungan diri
sejak dini, perlindungan ini mungkin cukup efektif dilakukan para orangtua,
orang dewasa, pendidik maupun masyarakat luas lainnya. Perlindungan diri sejak
dini dapat dilakukan secara mudah, sederhana dan cukup menyenangkan. Cara
melakukannya adalah dengan :
1. 1. Modeling, atau
memberikan contoh untuk anak – anak bagimana sikap verbal dan non verbal kita,
ketika mendapatkan perlakuan yang tidak diinginkan. Modeling, atau memberikan
contoh juga dapat di lakukan ketika mengenalkan pakaian yang nyaman, aman dari
tindak kejahatan saat di lingkungan luar.
2. 2. Dikusi, atau
mengali informasi, saran, pertanyaan dari anak – anak. Diskusi dapat dilakukan
dimana pun kita berada bersama anak – anak. Cara paling efektif ketika mengajak berdiskusi adalah dengan
melihat mood anak berbicara. Misalnya
saat mandi, saat berbelanja, saat bermain dll. Disinalah informasi akan
terbahas bersama anak – anak, yang kemudian orang dewasa, orangtua, pendidik
mampu mengambil kesimpulan dari hasil diskusi tersebut, yang tentunya akan ada
tindak lanjut dari orang dewasa, orangtua atau pendidik.
Diskusi juga merupakan
metode ringan dan memenuhi hak - hak anak, dikarenakan didalam diskusi ini anak
akan mendapatkan rasa kasih sayang, perlindungan, partisipasi mengemukakan
pendapat dll.
3. 3. Keterlibatan anak
dalam melakukan sesuatu, diharapkan dalam keteribatan anak ini rasa ingin tahu
anak terpenuhi. Dalam mengikut sertakan anak dalam kegiatan juga perlu
diperhatikan sikap. Tidak diperkenankan sikap sok tahu atau memberikan
informasi palsu akan menimbulkan kesalahan dan perilaku menyimpang pada anak –
anak yang mengikuti kegiatan. Cara mengikutsertakan anak dalam kegiatan kurang
lebih sama dengan metode dikusi. Jadi dalam hal ini yang perlu diperhatikan
adalah pendapat, pertanyaan atau komentar anak lebih di maknai. Memaknai adalah
hal yang cukup menyenangkan emosional anak dalam berpartisipasi. Cara
efektifnya adalah mendatangkan benda kongkret atau informasi ilmiah dari
berbagai sudut informasi.
4. 4.
Kesepakatan, atau
aturan bermain, didalam metode ini adalah cara bagaimana membentuk formasi batasan yang dilakukan saat
melakukan kegiatan – kegiatan pada anak. Adapun bentuk reward and panisment dapat dilakukan.
Penulis sedikit
memberikan salah satu bentuk perlindungan diri sejak dini yang dilakukan
bersama anak – anak usia akhir 4 – 6 tahun, di laboratorium rumah citta ECCD –
RC, tepatnya di kelas Tk Besar ceria (sebutan dari anak – anak). Gambaran kelas
Tk B ceria ini adalah, jumlah anak 1- 14, anak – anak di kelas ini terdapat 4
perempuan 9 laki – laki, di antara jumlah anak – anak tersebut terdapat teman
yang membutuhkan dampingan khusus. Walupun beragam pemahaman dan kebutuhan penulis selaku educator wajib memberikan
hak yang sama. Kemudian didalam kelas Tk B ceria ini terdapat 2 edu perempuan
dan 1 edu laki – laki (penulis).
Hari jum’at tepatnya tanggal 19 Agustus 2016 kegiatan
kelas bertema ikan (yang dipilih anak - anak) skip yang digantikan kegiatan body
mapping (mengetahui, menggali, berdiskusi tentang bagian tubuh). Kegiatan
dibagi menjadi 2 kelompok, antara laki – laki dan perempuan. Sebelumnya penulis
yang selaku educator melakukan
1. 1. modeling untuk
mengetahui semua bagian tubuh manusia dari kepala hingga kaki.
2. 2.
Kemudian educator
melakukan diskusi tentang bagian tubuh yang disebutkan diawal. Disini edukator
juga masih memodeling ketika orang lain memeggang bagian tubuh (cara mengatasi
secara verbal / non verbal), didalam diskusi ini semua anak – anak sangat
antusia ingin mencoba menjadi peraga.
3. 3.
Kemudian educator
melakukan pembagian kelompok sesuai dengan hasil diskusi. Disetiap kelompok
terdapat salah satu anak yang menjadi pemeran utama / model untuk bahan
diskusi. Untuk teman yang lain membantu bertanya (mengapa, kenapa, kapan dan
dimana) dan menempelkan tanda yang disediakan. Disini educator 90 % melibatkan
anak – anak.
4.
Semua kegiatan ini
tentunya wajib di dahului dengan kesepakatan – kesepakatan yang muncul dari
anak – anak.
Setelah melakukan body mapping semua berkumpul menjadi satu kelompok untuk
membahas kegiatan yang dilakukan perkelompok. Antusias dan anak – anak dan
pemahaman yang di dapat cukup menyenangkan dan
menjadi pondasi edukator melakukan pendampingan.
Penulis memberi
kesempatan bagi pembaca jika ingin
melakukan body mapping di rumah bersama anak – anak,
dalam rangka mengajarkan anak melindungi diri sejak dini. Yang perlu disiapkan
dan dilakukan adalah :
1.
buatlah Lingkaran –
lingkaran berwarna, pink yang
ditempel untuk mengetahui bagian tubuh yang disukai. hitam untuk bagian tubuh yang pernah sakit. Biru untuk bagian tubuh yang boleh disentuh orang lain. Oranye untuk bagian tubuh yang tidak
boleh disentuh orang lain. (setiap penempelan lingkaran wajib ditanyakan sebab,
mengapa, kenapa, atau siapa )
2.
Buat gambar tubuh
anak / orang (lebih baik gambar tubuh anak yang akan diajak diskusi) dengan
kertas besar berukuran sesuai dengan ukuran anak, kemudian tempel pada dinding
agar berdiri.
3.
Lakukan pertanyaan
dari warna pink, hitam, biru, oranye dengan kalimat positive.
4.
Diskusikan bersama
keluarga.
Selamat
mencoba................
No comments:
Post a Comment