Saturday, August 20, 2016

Cara mengajarkan perlindungan diri yang menarik sejak dini



ditulis oleh :
Yudha Andri Riyanto
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta & Pendidik AUD Lab. school Rumah Citta ECCD - RC
Perlindungan  diri atau membatasi diri dengan berbagai cara untuk menghindari tindak kejahatan, maupun tindakan yang tidak disukai dari faktor internal, eksternal. Pada tahun – tahun belakangan ini tindak kejahatan / kekerasan yang di post media sosial sangat beraneka ragam, beraneka ragam dari segi pelaku maupun korban. Bagaimanakah semua itu bisa terjadi ? perkembangan jaman yang semakin moderen adalah salah satu faktor tindak kekerasan / kejahatan semakin berkembang. Ketika setiap individu tidak mampu untuk memberi batasan dalam mengikuti jaman, maka yang terjadi adalah tindakan melewati batasan yang di sarankan. Sedangkan tindakan yang melewati batasan / tanpa kesepakatan akan menimbulkan tindak kekerasan / kejahatan maupun hal yang tidak diinginkan. Maka yang perlu diketahui para orangtua, para orang dewasa dan pendidik adalah meberikan ruang diskusi untuk memahami tindakan apa yang harus dilakukan ketika melakukan sesuatu. Kurang lebihnya anak mengerti sebab akibat jika melakukan sesuatu. Diskusi juga merupakan wahana yang efektif menggali informasi – informasi dari anak atau orang lain, yang nantinya di dalam diskusi tersebut menimbulkan kesimpulan yang cukup untuk menjadi bahan pertimbangan melakukan kegiatan atau aktifitas selanjutnya.

Perlindungan diri sejak dini, perlindungan ini mungkin cukup efektif dilakukan para orangtua, orang dewasa, pendidik maupun masyarakat luas lainnya. Perlindungan diri sejak dini dapat dilakukan secara mudah, sederhana dan cukup menyenangkan. Cara melakukannya adalah dengan :
1.     1. Modeling, atau memberikan contoh untuk anak – anak bagimana sikap verbal dan non verbal kita, ketika mendapatkan perlakuan yang tidak diinginkan. Modeling, atau memberikan contoh juga dapat di lakukan ketika mengenalkan pakaian yang nyaman, aman dari tindak kejahatan saat di lingkungan luar.
2.     2.  Dikusi, atau mengali informasi, saran, pertanyaan dari anak – anak. Diskusi dapat dilakukan dimana pun kita berada bersama anak – anak. Cara paling efektif  ketika mengajak berdiskusi adalah dengan melihat mood anak berbicara. Misalnya saat mandi, saat berbelanja, saat bermain dll. Disinalah informasi akan terbahas bersama anak – anak, yang kemudian orang dewasa, orangtua, pendidik mampu mengambil kesimpulan dari hasil diskusi tersebut, yang tentunya akan ada tindak lanjut dari orang dewasa, orangtua atau pendidik. 
    Diskusi juga merupakan metode ringan dan memenuhi hak - hak anak, dikarenakan didalam diskusi ini anak akan mendapatkan rasa kasih sayang, perlindungan, partisipasi mengemukakan pendapat dll.
3.   3. Keterlibatan anak dalam melakukan sesuatu, diharapkan dalam keteribatan anak ini rasa ingin tahu anak terpenuhi. Dalam mengikut sertakan anak dalam kegiatan juga perlu diperhatikan sikap. Tidak diperkenankan sikap sok tahu atau memberikan informasi palsu akan menimbulkan kesalahan dan perilaku menyimpang pada anak – anak yang mengikuti kegiatan. Cara mengikutsertakan anak dalam kegiatan kurang lebih sama dengan metode dikusi. Jadi dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah pendapat, pertanyaan atau komentar anak lebih di maknai. Memaknai adalah hal yang cukup menyenangkan emosional anak dalam berpartisipasi. Cara efektifnya adalah mendatangkan benda kongkret atau informasi ilmiah dari berbagai sudut informasi.
4.     4.  Kesepakatan, atau aturan bermain, didalam metode ini adalah cara bagaimana  membentuk formasi batasan yang dilakukan saat melakukan kegiatan – kegiatan pada anak. Adapun bentuk reward and panisment dapat dilakukan.
Penulis sedikit memberikan salah satu bentuk perlindungan diri sejak dini yang dilakukan bersama anak – anak usia akhir 4 – 6 tahun, di laboratorium rumah citta ECCD – RC, tepatnya di kelas Tk Besar ceria (sebutan dari anak – anak). Gambaran kelas Tk B ceria ini adalah, jumlah anak 1- 14, anak – anak di kelas ini terdapat 4 perempuan 9 laki – laki, di antara jumlah anak – anak tersebut terdapat teman yang membutuhkan dampingan khusus. Walupun beragam pemahaman  dan kebutuhan penulis selaku educator wajib memberikan hak yang sama. Kemudian didalam kelas Tk B ceria ini terdapat 2 edu perempuan dan 1 edu laki – laki (penulis).
Hari jum’at  tepatnya tanggal 19 Agustus 2016 kegiatan kelas bertema ikan (yang dipilih anak - anak) skip yang digantikan kegiatan body mapping (mengetahui, menggali, berdiskusi tentang bagian tubuh). Kegiatan dibagi menjadi 2 kelompok, antara laki – laki dan perempuan. Sebelumnya penulis yang selaku educator melakukan
1.     1. modeling untuk mengetahui semua bagian tubuh manusia dari kepala hingga kaki.
2.     2.  Kemudian educator melakukan diskusi tentang bagian tubuh yang disebutkan diawal. Disini edukator juga masih memodeling ketika orang lain memeggang bagian tubuh (cara mengatasi secara verbal / non verbal), didalam diskusi ini semua anak – anak sangat antusia ingin mencoba menjadi peraga.
3.     3.  Kemudian educator melakukan pembagian kelompok sesuai dengan hasil diskusi. Disetiap kelompok terdapat salah satu anak yang menjadi pemeran utama / model untuk bahan diskusi. Untuk teman yang lain membantu bertanya (mengapa, kenapa, kapan dan dimana) dan menempelkan tanda yang disediakan. Disini educator 90 % melibatkan anak – anak.
4.      Semua kegiatan ini tentunya wajib di dahului dengan kesepakatan – kesepakatan yang muncul dari anak – anak.
Setelah melakukan body mapping  semua berkumpul menjadi satu kelompok untuk membahas kegiatan yang dilakukan perkelompok. Antusias dan anak – anak dan pemahaman yang di dapat cukup menyenangkan dan  menjadi pondasi edukator melakukan pendampingan. 

Penulis memberi kesempatan bagi pembaca jika ingin  melakukan  body mapping di rumah bersama anak – anak, dalam rangka mengajarkan anak melindungi diri sejak dini. Yang perlu disiapkan dan dilakukan adalah :
1.      buatlah Lingkaran – lingkaran berwarna, pink yang ditempel untuk mengetahui bagian tubuh yang disukai. hitam untuk bagian tubuh yang pernah sakit. Biru untuk bagian tubuh yang boleh disentuh orang lain. Oranye untuk bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain. (setiap penempelan lingkaran wajib ditanyakan sebab, mengapa, kenapa, atau siapa )
2.      Buat gambar tubuh anak / orang (lebih baik gambar tubuh anak yang akan diajak diskusi) dengan kertas besar berukuran sesuai dengan ukuran anak, kemudian tempel pada dinding agar berdiri.
3.      Lakukan pertanyaan dari warna pink, hitam, biru, oranye dengan kalimat positive.
4.      Diskusikan bersama keluarga.

Selamat mencoba................

No comments:

Pembelajaran Science, Technology, Engineering, Art dan Mathematic untuk Anak Usia Dini

 Penulis Yudha Andry Riyanto Praktisi pendidikan anak usia dini   yudha.andri65@gmail.com STEAM merupakan singkatan dari  Science, Technolog...