Yudha Andri Riyanto
Pendidik Sekolah Laboratorium Rumah Citta
Early Childhood Care & Development
Resource Center (ECCD – RC)
&
Mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Ø Strategi dalam
menjadi pendidik anak usia dini yang keren :
Ketertarikan,
minat dan kreatif dibutuhkan dalam menjadi seorang pendamping anak usia dini.
Pendampingan yang menarik, tepat dan sesuai tahapan perkembangan anak,
menjadikan suasana menjadi efektif dan meyenangkan bagi anak – anak.
.(Suyanto. 2012) pendidikan anak usia dini disesuaikan dengan perkembangan moral pada anak.
.(Suyanto. 2012) pendidikan anak usia dini disesuaikan dengan perkembangan moral pada anak.
Sekolah Laboratorium Rumah Citta,
mempunyai basis tersendiri dalam mendampingi anak, yaitu sekolah
inklusi atau multikultural dan berbasis sayang lingkungan. Jelas banyak
masyarakat luas tertarik dengan pendidikan berbasi multikultural dan sayang lingkungan. Kurang lebihnya implementasi Sekolah Laboratorium
Rumah Citta hampir sama dengan Character
Education Partnership. 2010. Mengadaptasi teori Likona tentang implementasi
pendidikan karakter yang efektif disekolah (Suyanto. 2012), yaitu :
1.
Sekolah
dengan segenap komunitasnya mengembangkan nilai etika dasar dan perilaku yang
diyakini sebagai karakter yang baik
2. Sekolah
mendefinisikan karakter secara komprehensif meliputi cara berfikir dan
berperilaku
3. Sekolah
menggunakan pendekatan yang komperhensif, mendalam dan proaktif untuk
mengembangkan karakter
4.
Sekolah
mengembangkan komunitas yang peduli
5.
Sekolah
memberi kesempatan pada anak untuk mengekspresikan nilai – nilai moral
6.
Sekolah
mengembangkan kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghormati semua
anak, mengembangkan nilai – nilai, dan membantu anak untuk sukses
7.
Sekolah
membantu anak dalam mengambangkan motivasi diri
8. Staff
sekolah mengambangkan kemimpinan bersama dan berbagai pendukung pendidikan
karakter
9. Sekolah
mengembagkan kemimpinan bersama dan berbagi pendukung pendidikan karakter
10.Sekolah
melibaSekolahan orang tua dan komunitas sekolah sebagai partner pengembangan karakter
11.
Sekolah
secara reguler melakukan asesmen terhadap kultur dan iklim sekolah dan staff
dalam pendidikan karakter dimana akan memanifestasikan karakter yang baik
Laboratorium
Rumah Citta, berupaya mewujudkan generasi tanpa diskriminasi, artinya didalam Sekolah
Laboratorium Rumah Citta ini dari jajaran pengurus, pendidik, anak – anak dan
orang tua murid, semua belajar menghargai perbedaan yang ada. Dari penghargaan kepada
perbedaan, Sekolah Laboratorium Rumah Citta menjadikan suatu pembelajaran yang
efektif yang dilakukan bermain sambil belajar.
Sayang
lingkungan, juga merupakan suatu usaha Sekolah Laboratorium Rumah Citta dalam
memodeling dan mengajarkan, pemanfaatan barang limbah rumah tangga (anorganik). Sebagi media pembelajaran
yang murah, aman, bermanfaat dan menekan kerusakan lingkungan yang semakin
cepat. (Tampi. 2004 ) sesuatu yang indah tidak harus datang dari barang baru
dan mahal, dari sesuatu yang telah dianggap tidak berharga lagi, bahkan
disampahkan bisa dijadikan sebuah karya yang bernilai seni.
Sekolah
Laboratorium Rumah Citta, menyediakan ruangan khusus atau galeri untuk
menampung karya seni dari bahan limbah,
yang dibuat oleh warga Sekolah Laboratorium Rumah Citta. Galeri tersebut
meliputi karya 2 Dimensi, 3 Dimensi dan foto – foto proses pembuatan dan hasil.
Penulis
berserta teman – teman pendamping di Sekolah Laboratorium Rumah Citta dalam
mendampingi, mencoba menggunakan basis multikultur dan sayang lingkungan
tersebut dengan pemetaan usia. Sehingga dalam pendampingan dapat efektif sesuai
kebutuhan anak usia dini.
Pemetaan
yang pertama, adalah usia anak – anak dengan, akhir usia 2 – 3 tahun atau kelas
(play grup kecil), akhir usia 3 – 4 tahun kelas (Play grup besar), akhir usia 4
– 5 tahun kelas (Sekolah Kecil), usia akhir 5 – 6 tahun kelas (SEKOLAH besar)
dan akhir usia 6 – 7 tahun kelas (persiapan SD).
Pemetaan
kedua, adalah anak berkebutuhan khusus, hal ini dilakukan karena basis sekolah Laboratorium
Rumah Citta adalah multikultur dan Laboratorium Rumah Citta mengupayakan hak
anak semua sama, tidak memandang dari sisi lain. Didalam satu kelas terdapat 1
– 2 anak berkubutuhan khusus dengan pendamping jika dibutuhkan.
Pemetaan
ketiga, pendamping didalam kelas. Pemetaan ini sangat penting diperhatikan
dalam pendampingan anak usia dini, untuk kefektifitasan pendampingan. Laboratorium
Rumah Citta membagi pendamping sesuai tahapan usia dan kuota peserta didik. PG
kecil, 1 : 2 – 3. PG besar,1 : 3 – 4. Sekolah kecil,1 : 4 – 5. Sekolah besar, 1 : 5 – 7 dan persiapan
SD 1 : 6 – 8 (semua di perhitungkan sesuai kebutuhan anak dan tahapan
perkembangan, jika dibutuhkan pendamping anak berkebutuhan khusus 1 : 1)
Kemudian
setelah pemetaan selsai, penulis mengajak menyimak bagaimana cara penyampaian
materi dikelas, bagaimana susunan rencana dan dari mana acuan dari serangkaian
progam tersebut.
Laboratorium
Rumah Citta mempunyai kurikulum sendiri, kurikulum tersebut adalah hasil dari
pengembangan dan modifikasi kurikulum dinas pendidikan, di tambahkan temuan – temuan dan teori yang mendukung.
Sedangkan acuan tahapan perkembangan anak usia dini yang di nilai hanya,
Motorik halus, Motorik kasar, Soial emosi, Bahasa dan kognitif.
Pembelajaran
yang dilakukan selama ini adalah tematik, dari tematik ini penulis mendampingi
anak usia dini dapat memusaSekolahan semua pada anak – anak. Tema yang
ditentukan juga dari anak – anak. Bentuk kegiatan yang dilakukan juga dari
hasil diskusi dan pendapat anak – anak dikelas.
Pendamping,
orang dewasa, pendidik bukan guru yang maha guru hal ini berlaku di Sekolah Laboratorium
Rumah Citta. Penulis dan pendamping di Laboratorium Rumah Citta hanya
menjembatanin, memberi pengarahan dan menstimulasi tahapan yang sesuai dengan
perkembangan anak – anak. Pada intinya penulis dan teman – teman pendamping
memusaSekolahan semua kegiatan pada anak.
Penulis menyakini bahwa 5 aspek
menjadi power full dari kesiapan anak
memasuki sekolah dasar, terutama pada Aspek sosial emosi. Dari aspek sosial emosi
yang matang dan siap untuk masyarakat luas, tentu saja Aspek yang lainnya akan
mengikuti dengan sendirinya. Menurut
Zulham 2010, (Sudaryanti. 2012) 5 karakter yang harus dikembangkan yaitu, (1) trust worthy :meliputi jujur, menepati
janji, memiliki loyalitas tinggi, integritas pribadi (komitmen tinggi dan
inggin berprestasi). (2) menghormati orang lain, yaitu perilaku untuk
mementingkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, siap dengan perbedaan
dan merasa tidak paling benar. (3) bertanggung jawab merupakan gabungan dari
perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan. Menegerti sebab akibat. (4) adil
yang meliputi sikap terbuka, tidak memihak, mau mendengarkan orang lain dan
memiliki empati. (5) cinta dan perhatian yang meliputi, menunjukan perilaku
kebaikan hidup dengan nilai – nilai kebenaran, beragi kebahagiaan bersedia
menolongorang lain, tidak egois tidak kasar , tidak sensitif terhadap perasaan
orang lain.
Dari kelima karakter tersebut penulis
menyimpulkan, adalah bagian dari aspek sosial emosi.
Gamabaran
saat proses pendampingan bersama anak Sekolah besar di Labchool rumah citta :
Ø
Pemilihan tema kelas,
pada
awal masuk sekolah penulis memberi waktu pada semua anak untuk observasi
lingkungan sekolah dan teman. Setelah waktu yang diberikan selsai. Pendamping
mengajak mendiskusikan tema, jika semua anak – anak setuju atau berkeingginan
belajar dalam bidang yang di pilih maka hal tersebut lah menjadi topik utama
dalam bermain. Jika sudah melalui tema pertama dan ingin lanjut tema kembali
proses observasi tidak lagi dibutuhkan, yang penulis lakukan adalah langsung
pemilihan tema. Jika terjadi banyak pilihan, maka anak – anak ditawarkan untuk
memvoting / berdikusi, dengan kesepakatan yang dibuat bersama.
gambaran posisi
pendamping dan anak – anak dalam kelas, sebagai berikut : jika 2 pendamping
maka pendamping pertama duduk di depan pendamping kedua dengan jarak sesuai
banyak anak, berhadapan. Anak – anak duduk disamping pendamping kiri dan kanan
sehingga membentuk leingkaran, posisi duduk di lantai dan tidak menggunakan
kursi dan meja. Tugas pendamping pertama menuliskan komentar atau usulan di
papan tulis atau plano.
Pendamping kedua menuliskan pada catatan anekdot hasil perilaku verbal dan non verbal saat kegiatan berlangsung. Setiap jarak waktu 5 – 10 menit untuk kelas Sekolah besar diberikan kesempatan untuk minum, hal ini untuk dijadikan istirahat sejenak, agar anak – anak tidak terlalu sepaneng dan bosan. Sebelum sesi pemilihan tema dimulai pendamping mengajak membuat aturan atau kesepakatan saat dimulainya sesi pemilihan tema
Pendamping kedua menuliskan pada catatan anekdot hasil perilaku verbal dan non verbal saat kegiatan berlangsung. Setiap jarak waktu 5 – 10 menit untuk kelas Sekolah besar diberikan kesempatan untuk minum, hal ini untuk dijadikan istirahat sejenak, agar anak – anak tidak terlalu sepaneng dan bosan. Sebelum sesi pemilihan tema dimulai pendamping mengajak membuat aturan atau kesepakatan saat dimulainya sesi pemilihan tema
Ø
Webbing awal, atau pendamping
mencari tahu tentang persentase pemahaman
tema yang sudah dipilih. Disini juga pendamping bertugas mencatat dengan
anekdot atau catatan lapangan, hal yang belum terungkap. Misal : tema yang
dipilih BUNGA anak – anak secara bergantian mengungkapkan yang diketahui
tentang bungga, (daun, ranting, duri, wangi, panjang, warna – warni, tangkai)
padahal yang ada dalam Bunga tidak hanya yang mereka sebuSekolahan, tugas
penulis atau pendamping mengajak anak – anak untuk lebih tahu tentang bunga
dengan cara bermain di setiap pertemuan / sekolah
Gambaran proses
kegiatan pendamping dan anak – anak mirip dengan gambaran saat pemilihan tema.
Ø
Perencanaan kegiatan,
setelah
pendamping mengerti hal yang belum diketahui anak – anak (melihat hasil webbing
awal) disinilah pendamping menawarkan pada anak – anak mau berapa hari atau
lama belajar tentang bunga (tema yang terpilih). Misalnya sepakat 1 bulan, maka
progam pendampingan yang dibuat adalah 1 bulan. Jika 1 bulan dirasa kurang saat
webbing akhir maka semua wajib didiskusikan dengan anak – anak, salah satunya
pendamping memberi kesempatan anak – anak memutuskan berdikusi antar teman
(pendamping hanya menjembatani). Pendamping membuat progam dan tujuan sesuai
tahapan perkembangan anak, dengan acuan kurikulum jika sudah disepakati semua
teman.
Gambaran proses
kegiatan pendamping dan anak anak masih sama dengan gambaran saat pemilihan
tema atau webing awal
Ø
Pelaksanaan kegiatan,
dikarenakan anak – anak senang dengan permainan,
tugas pendamping adalah mengajak mencari tahu tentang bunga (tema yang
terpilih) melalui bermain, bermain atau aktifitas yang meyenangkan. Sekolah Laboratorium
Rumah Citta mempunyai metode pembelajaran melalui area, motorik kasar, nonton
film, main balok, main pasir cerita
buku, dongeng dan minitrip yang wajib dikombinasikan dengan tema.
Berikut ini penulis
menjelaskan pengertian dan cara bermain :
Area adalah Permainan serupa dengan permainan metode sentra. Yang
membuat berbeda yaitu, area didesain 8 alokasi bermain dalam satu ruangan, yang
meliputi : area main peran, area karya seni, area sains, area persiapan
berhitung, area persiapan menulis, area persiapan membaca, area komputer dan
area melukis. Hal ini dilakukan jika kondisi ruangan mencukupi jika tidak maka
alokasi bermain dijadwal dalam pelaksanaan, misal 1 hari 3 area atau 1 hari 4
area.
Gambaran proses
pendamping saat bermain area, sebagai berikut : sebelum melakukan kegiatan
bermain area penadmping menyiapkan 1 hari sebelum dimainkan anak – anak.
Pendamping menyiapkan beberapa atribut sesuai dengan nama area. Misalnya bermain peran / dramatic play adalah
mainan yang sesuai tema yang dimana mampu menstimulasi imajinasi atau kognitif
yang perlu ditonjolkan adalah bermain peran, sosial emosi dan imajinasi untuk
aspek lainnya juga di perhitungkan tetapi tidak wajib. Atributnya berupa mainan
atau bahan alam yang bisa dimainkan makro
/ mickro
Area karya seni adalah
permainan yang biasanya pendamping kelas menyediakan bahan limbah (sesuai dengan basis sayang
lingkungan) yang sudah aman digunakan (kardus, botol plastik kertas dsb, )
aspek yang wajib ditonjolkan adalah aspek motorik halus dan kognitif, akan
tetapi untuk aspek bahasa, sosial emosi dan motorik kasar juga perlu
diperhitungkan dalam area karya seni tersebut. Pendamping menyediakan 1 – 2
gagasan mainan yang sudah dibuat untuk roll
model.
Area sais atau pengamatan yang dilakukan anak – anak,
aspek yang wajib ditonjolkanadalah aspek kognitif, akan tetapi aspek yang lain
juga perlu di perhitungkan. Atribut yang digunakan dapat mengambil dari bahan
limbah atau benda yang relevan misal: mengukur panjang – pendek dengan tali,
berat ringan dengan batu atau pengamatan warna – warna lainnya yang menggunakan
bahan limbah (gambar 6)
Area berhitung didalam area ini aspek yang ditonjolkan
adalah kognitif dan motorik halus, untuk aspek lainnya juga perlu
diperhitungkan dalam permainan ini. Atribut yang digunakan, pendamping juga
menggunakan bahan limbah. Misalnya menempel kelopak bunga dari plastik
kemasan yang digunting.
Area membaca didalam permainan ini aspek yang ditonjolkan
adalah semua aspek tahapan perkembangan kecuali motorik kasar. Atribut yang
digunakan biasanya hanya kertas bekas, crayon, buku bergambar atau benda yang
dituliskan namannya (anak anak mengamati dan memahami)
Area menulis didalam area ini aspek yang ditonjolkan
adalah aspek motorik halus dan kognitif, adapun aspek lainnya juga
diperhitungkan. Atribut yang digunakan meliputi barang bekas atau limbah juga,
misalnya membuat bunga dari kertas yang diremas, sobek, gunting dan digambar.
Area melukis dalam area ini aspek yang ditonjolkan sama
dengan aspek yang ditonjolkan saat membuat karya seni dan bermain peran.
Atribut yang digunakan kuas, dan cat. Adapun mengecat menggunakan bahan lain
juga dapat dilakukan
Area komputer dalam area bermain komputer semua aspek wajib
ditojolkan. Atribut yang digunakan hanya komputer nyata yang di setting game
atau sesuai kesepakatan.
Sebelum bermain
didalam area, pendamping sebelumya menyampaikan materi 10 – 15 menit kemudian
menjelaskan aturan bermain dan cara bermain di setiap area. Pendamping dan anak
– anak juga membuat ksepakatan saat bermain di dalam area. Didalam semua area
kesempatan atau tempat duduk menggunakan perbandingan 1 : 2. Jadi jika anak –
anak berjumlah 10 maka pendamping menyediakan 20 tempat duduk. Setiap area
berjumlahkan tempat duduk genap dan tidak boleh ganjil (hal ini di setting agar
anak dapat berkomunikasi 2 arah dan saling berinteraksi aktif).
Kemudian setelah
selsai bermain area dengan waktu yang di sepakati, anak anak berkumpul seperti
diawal untuk menceritakan pengalamannya.
Motorik kasar. Kegiatan motorik kasar dapat dijadikan break tema atau dapat metode dalam
penyampaian tema yang disepakati. Motorik kasar dilakukan seperti senam,
bermain bola, mencari jejak, dan permainan yang lainnya.
Sebelum melakukan
kegiatan motorik kasar, pendamping wajib menyampaikan materi (tema yang
terpilih), kemudian menawarkan mau bermain yang bagaimana atau permainan apa
yang cocok untuk tema, misalnya permainan
petak umpet gambar bunga (tema yang dipilih), cara bermain satu teman
yang menyembunyikan gambar pada ruangan atau tempat tertentu kemudian semua
teman menutup mata, dalam hitungan 1 – 10 mereka berlomba mencari gambar dan
jika menemukan menceritaklan gambar yang di dapat.
Setelah kegiatan
bermain anak – anak berkumpul dan istirahat, disaat bersamaan beberapa
diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalaman hari ini atau pengalaman
bermain
Nonton film / video. Metode ini dapat digunakan sewaktu –
waktu jika anak –
anak meminta melihat
proses bunga mekar atau materi tema yang tidak dapat dijangkau.
Bermain balok dan main pasir. metode ini dapat juga
dikatakan sebagai break tema atau
metode penyampaian materi seperti halnya saat area.
Cerita buku dan dongeng. Metode ini dapat
dilakukan dalam penyampaian tema dengan cara visual yang menarik dan
menggunakan sedikit media. Disini peran atau aktor tidak harus pada pendamping
tetapi anak – anak diperbolehkan untuk mencoba
Mini trip. metode ini dilakukan untuk review matei yang
disampaikan selama progam yang disepakati. Pendamping mengajak kelokasi yang
sangat berhubungan dengan tema.
Ø
Proyek tema. Setelah beberapa
proses beserta metodenya pendamping mengajak, anak – anak untuk mereview tema
dan hasil pembelajaran tema dalam bentuk karya nyata.
Ø
Webbing akhir. Proses ini adalah
berlawanan dari proses webbing awal, webbing akhir adalah pengumpulan data dari
anak atau, pendamping mengajak mereview materi yang dipelajari selama waktu
yang ditentukan secara tertulis (pendamping mencatat hasil diskusi). Jika
dibandingkan dengan webbing awal, seharusnya berbeda. Didalam webbing akhir
biasanya akan lebih banyak pengertian baru. Jika perbandingannya sedikit maka
terjadi error dalam pelaksanaan, hal ini pendamping wajib tahu untuk kelanjutan
dalam pendampingan.
Ø
Persentasi. Alur ini adalah
proses terakhir unjuk gigi bagi anak – anak didepan teman – teman dan orang tua
mereka. Membuktikan bahwa anak – anak juga mempunyai karya dari hasil belajar
disekolah. Hal ini wajib ditawarkan terlebih dahulu boleh dan tidaknya untuk
publik. Persentasi juga terbagi dalam dua metode:
Metode persentasi langsung. Dengan perwakilan
atau semua pembuat karya (anak – anak) tampil bercerita didepan masyarakat
sekolah dan orang tua
Metode persentasi tidak langsung. Anak – anak hanya
menyampaikan ide atau gagasan tentang tema dan karya / proyek yang dibuat
kemudian mempublikasikan melalui jejaring sosial, dengan kesepakatan.
Metode
– metode diatas dilakukan sesuai alur yang disepakati dan digunakan di Sekolah Laboratorium
Rumah Citta, penulis menggambarkan alur kelas Sekolah Besar saat proses belajar
mengajar , sebagai berikut :
08.00 – 08.15 :
senam atau transisi untuk masuk dalam kelas (berkumpul dan bermain semua kelas)
08.15 – 08.30 :
bermain didalam kelas atau diluar kelas yang disepakati semua anggota kelas.
08.30 – 08.35 : istirahat dan
persiapan berdoa, bermain
08.35 – 09.00 : sesi anak – anak
bercerita pengalaman dirumah atau tampil unjuk gigi (kesempatan tampil)
09.00 – 09.15 : penyampaian materi
tema yang terpilih
09.15 – 09.30 : bermain area /
motorik kasar / menonton film / mini trip dsb sesuai progam yang direncanakan
09.30 – 09.40 : mereview atau menceritakan
pengalaman bermain, memecahkan masalah (jika ada)
09.40 – 09.55 : persiapan makan bekal
dan makan bekal (istirahat)
09.55 – 10.00 : persiapan pulang dan
pulang
Pada
semua kegiatan dan aktifitas yang bersama anak – anak, pendamping
selalu mendorong untuk membuat kesepakatan dan aturan yang harus mereka lakukan
sendiri.
Semua permainan dan metode yang
digunakan tentu saja menekanakan pada 5 aspek yang harus dicapai. Dari kegiatan
webbing awal sampai dengan presentasi pendamping wajib mengetahui aspek apa
yang harus ditonjolkan atau diwajibkan, akan tetapi dalam satu kegiatan
pendamping juga memperhitungkan 5 aspek dapat tercapai sekalikus dalam satu
kegiatan. Hal ini untuk mengantisipasi
kejenuhan anak dalam permainan yang diulang atau sama.
Penulis
menyimpulkan bahwa berpusat pada anak untuk proses pembelajaran dapat
menciptakan suasana kondusif dan efektif. (Suwarjo, dkk 2012) menyebukan student centered learning merupakan
salah satu pembelajaran yang menempakan peserta didik sebagai pusat dari
proses belajar. Hal ini berbeda dengan berpusat pada guru instructor centered learning yang menekankan pada trasfer
pengetahuan dari guru kemurid yang relatif pasif.
Daftar pustaka :
Tampi., G. G. R. 2004. Decobook.
Kreasi dan seni memperdayakan barang bekas. Penerbit : Gramedia Printing,
Jakarta, Inonesia
Suyanto., S. 2012. Pendidikan Karakter
Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 7, 2302 – 6804.
Sudaryanti. 2012. Pentingnya
Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 15, 2302 –
6804.
Suwarjo.: Maryatun., Ika. Budi.; Kusuma.,
Dewi. 2012. Penerapan student centered
approach pada Pembelajaran Taman Kanak – Kanak Kelompok B ( studi kasus
disekolah Laboratorium Rumah Citta. Jurnal pendidikan Anak, 73, 2302 – 6804.
Andri. Y. R. 2014. Foto kenangan dan
proses saat bermain kelas Tk kecil dan besar.
No comments:
Post a Comment