Friday, April 22, 2016

Apakah Pendidikan INKLUSI itu abstrak adanya ?


Yudha Andri Riyanto
Pendidik Sekolah Laboratorium Rumah Citta
Early Childhood Care & Development Resource Center (ECCD – RC)
&
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Ø  Strategi dalam menjadi pendidik anak usia dini yang keren :
                        Ketertarikan, minat dan kreatif dibutuhkan dalam menjadi seorang pendamping anak usia dini. Pendampingan yang menarik, tepat dan sesuai tahapan perkembangan anak, menjadikan suasana menjadi efektif dan meyenangkan bagi anak – anak.
.(Suyanto. 2012) pendidikan anak usia dini disesuaikan dengan perkembangan moral pada anak.
Sekolah Laboratorium Rumah Citta, mempunyai basis tersendiri dalam mendampingi anak, yaitu sekolah inklusi atau multikultural dan berbasis sayang lingkungan. Jelas banyak masyarakat luas tertarik dengan pendidikan berbasi multikultural dan sayang lingkungan. Kurang lebihnya implementasi Sekolah Laboratorium Rumah Citta hampir sama dengan Character Education Partnership. 2010. Mengadaptasi teori Likona tentang implementasi pendidikan karakter yang efektif disekolah (Suyanto. 2012), yaitu :

1.    Sekolah dengan segenap komunitasnya mengembangkan nilai etika dasar dan perilaku yang diyakini sebagai karakter yang baik
2. Sekolah mendefinisikan karakter secara komprehensif meliputi cara berfikir dan berperilaku
3.  Sekolah menggunakan pendekatan yang komperhensif, mendalam dan proaktif untuk mengembangkan karakter
4.    Sekolah mengembangkan komunitas yang peduli
5.    Sekolah memberi kesempatan pada anak untuk mengekspresikan nilai – nilai moral
6.    Sekolah mengembangkan kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghormati semua anak, mengembangkan nilai – nilai, dan membantu anak untuk sukses
7.    Sekolah membantu anak dalam mengambangkan motivasi diri
8. Staff sekolah mengambangkan kemimpinan bersama dan berbagai pendukung pendidikan karakter
9. Sekolah mengembagkan kemimpinan bersama dan berbagi pendukung pendidikan karakter
10.Sekolah melibaSekolahan orang tua dan komunitas sekolah sebagai partner pengembangan karakter
11. Sekolah secara reguler melakukan asesmen terhadap kultur dan iklim sekolah dan staff dalam pendidikan karakter dimana akan memanifestasikan karakter yang baik
Laboratorium Rumah Citta, berupaya mewujudkan generasi tanpa diskriminasi, artinya didalam Sekolah Laboratorium Rumah Citta ini dari jajaran pengurus, pendidik, anak – anak dan orang tua murid, semua belajar menghargai perbedaan yang ada. Dari penghargaan kepada perbedaan, Sekolah Laboratorium Rumah Citta menjadikan suatu pembelajaran yang efektif yang dilakukan bermain sambil belajar.
Sayang lingkungan, juga merupakan suatu usaha Sekolah Laboratorium Rumah Citta dalam memodeling dan mengajarkan, pemanfaatan barang limbah rumah tangga (anorganik). Sebagi media pembelajaran yang murah, aman, bermanfaat dan menekan kerusakan lingkungan yang semakin cepat. (Tampi. 2004 ) sesuatu yang indah tidak harus datang dari barang baru dan mahal, dari sesuatu yang telah dianggap tidak berharga lagi, bahkan disampahkan bisa dijadikan sebuah karya yang bernilai seni.
Sekolah Laboratorium Rumah Citta, menyediakan ruangan khusus atau galeri untuk menampung karya  seni dari bahan limbah, yang dibuat oleh warga Sekolah Laboratorium Rumah Citta. Galeri tersebut meliputi karya 2 Dimensi, 3 Dimensi dan foto – foto proses pembuatan dan hasil.
Penulis berserta teman – teman pendamping di Sekolah Laboratorium Rumah Citta dalam mendampingi, mencoba menggunakan basis multikultur dan sayang lingkungan tersebut dengan pemetaan usia. Sehingga dalam pendampingan dapat efektif sesuai kebutuhan anak usia dini.
                        Pemetaan yang pertama, adalah usia anak – anak dengan, akhir usia 2 – 3 tahun atau kelas (play grup kecil), akhir usia 3 – 4 tahun kelas (Play grup besar), akhir usia 4 – 5 tahun kelas (Sekolah Kecil), usia akhir 5 – 6 tahun kelas (SEKOLAH besar) dan akhir usia 6 – 7 tahun kelas (persiapan SD).
                        Pemetaan kedua, adalah anak berkebutuhan khusus, hal ini dilakukan karena basis sekolah Laboratorium Rumah Citta adalah multikultur dan Laboratorium Rumah Citta mengupayakan hak anak semua sama, tidak memandang dari sisi lain. Didalam satu kelas terdapat 1 – 2 anak berkubutuhan khusus dengan pendamping jika dibutuhkan.
                        Pemetaan ketiga, pendamping didalam kelas. Pemetaan ini sangat penting diperhatikan dalam pendampingan anak usia dini, untuk kefektifitasan pendampingan. Laboratorium Rumah Citta membagi pendamping sesuai tahapan usia dan kuota peserta didik. PG kecil, 1 : 2 – 3. PG besar,1 : 3 – 4. Sekolah kecil,1 :  4 – 5. Sekolah besar, 1 : 5 – 7 dan persiapan SD 1 : 6 – 8 (semua di perhitungkan sesuai kebutuhan anak dan tahapan perkembangan, jika dibutuhkan pendamping anak berkebutuhan khusus 1 : 1)
                        Kemudian setelah pemetaan selsai, penulis mengajak menyimak bagaimana cara penyampaian materi dikelas, bagaimana susunan rencana dan dari mana acuan dari serangkaian progam tersebut.
                        Laboratorium Rumah Citta mempunyai kurikulum sendiri, kurikulum tersebut adalah hasil dari pengembangan dan modifikasi kurikulum dinas pendidikan, di tambahkan  temuan – temuan dan teori yang mendukung. Sedangkan acuan tahapan perkembangan anak usia dini yang di nilai hanya, Motorik halus, Motorik kasar, Soial emosi, Bahasa dan kognitif.
                        Pembelajaran yang dilakukan selama ini adalah tematik, dari tematik ini penulis mendampingi anak usia dini dapat memusaSekolahan semua pada anak – anak. Tema yang ditentukan juga dari anak – anak. Bentuk kegiatan yang dilakukan juga dari hasil diskusi dan pendapat anak – anak dikelas.
                        Pendamping, orang dewasa, pendidik bukan guru yang maha guru hal ini berlaku di Sekolah Laboratorium Rumah Citta. Penulis dan pendamping di Laboratorium Rumah Citta hanya menjembatanin, memberi pengarahan dan menstimulasi tahapan yang sesuai dengan perkembangan anak – anak. Pada intinya penulis dan teman – teman pendamping memusaSekolahan semua kegiatan pada anak.
Penulis menyakini bahwa 5 aspek menjadi power full dari kesiapan anak memasuki sekolah dasar, terutama pada Aspek sosial emosi. Dari aspek sosial emosi yang matang dan siap untuk masyarakat luas, tentu saja Aspek yang lainnya akan mengikuti dengan sendirinya.  Menurut Zulham 2010, (Sudaryanti. 2012) 5 karakter yang harus dikembangkan yaitu, (1) trust worthy :meliputi jujur, menepati janji, memiliki loyalitas tinggi, integritas pribadi (komitmen tinggi dan inggin berprestasi). (2) menghormati orang lain, yaitu perilaku untuk mementingkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, siap dengan perbedaan dan merasa tidak paling benar. (3) bertanggung jawab merupakan gabungan dari perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan. Menegerti sebab akibat. (4) adil yang meliputi sikap terbuka, tidak memihak, mau mendengarkan orang lain dan memiliki empati. (5) cinta dan perhatian yang meliputi, menunjukan perilaku kebaikan hidup dengan nilai – nilai kebenaran, beragi kebahagiaan bersedia menolongorang lain, tidak egois tidak kasar , tidak sensitif terhadap perasaan orang lain.  
Dari kelima karakter tersebut penulis menyimpulkan, adalah bagian dari aspek sosial emosi.
            Gamabaran saat proses pendampingan bersama anak Sekolah besar di Labchool rumah citta :
Ø  Pemilihan tema kelas, pada awal masuk sekolah penulis memberi waktu pada semua anak untuk observasi lingkungan sekolah dan teman. Setelah waktu yang diberikan selsai. Pendamping mengajak mendiskusikan tema, jika semua anak – anak setuju atau berkeingginan belajar dalam bidang yang di pilih maka hal tersebut lah menjadi topik utama dalam bermain. Jika sudah melalui tema pertama dan ingin lanjut tema kembali proses observasi tidak lagi dibutuhkan, yang penulis lakukan adalah langsung pemilihan tema. Jika terjadi banyak pilihan, maka anak – anak ditawarkan untuk memvoting / berdikusi, dengan kesepakatan yang dibuat bersama.
gambaran posisi pendamping dan anak – anak dalam kelas, sebagai berikut : jika 2 pendamping maka pendamping pertama duduk di depan pendamping kedua dengan jarak sesuai banyak anak, berhadapan. Anak – anak duduk disamping pendamping kiri dan kanan sehingga membentuk leingkaran, posisi duduk di lantai dan tidak menggunakan kursi dan meja. Tugas pendamping pertama menuliskan komentar atau usulan di papan tulis atau plano. 
Pendamping kedua menuliskan pada catatan anekdot hasil perilaku verbal dan non verbal saat kegiatan berlangsung. Setiap jarak waktu 5 – 10 menit untuk kelas Sekolah besar diberikan kesempatan untuk minum, hal ini untuk dijadikan istirahat sejenak, agar anak – anak tidak terlalu sepaneng dan bosan. Sebelum sesi pemilihan tema dimulai pendamping mengajak membuat aturan atau kesepakatan saat dimulainya sesi pemilihan tema
Ø  Webbing awal, atau pendamping mencari tahu tentang persentase pemahaman  tema yang sudah dipilih. Disini juga pendamping bertugas mencatat dengan anekdot atau catatan lapangan, hal yang belum terungkap. Misal : tema yang dipilih BUNGA anak – anak secara bergantian mengungkapkan yang diketahui tentang bungga, (daun, ranting, duri, wangi, panjang, warna – warni, tangkai) padahal yang ada dalam Bunga tidak hanya yang mereka sebuSekolahan, tugas penulis atau pendamping mengajak anak – anak untuk lebih tahu tentang bunga dengan cara bermain di setiap pertemuan / sekolah
Gambaran proses kegiatan pendamping dan anak – anak mirip dengan gambaran saat pemilihan tema.
Ø  Perencanaan kegiatan, setelah pendamping mengerti hal yang belum diketahui anak – anak (melihat hasil webbing awal) disinilah pendamping menawarkan pada anak – anak mau berapa hari atau lama belajar tentang bunga (tema yang terpilih). Misalnya sepakat 1 bulan, maka progam pendampingan yang dibuat adalah 1 bulan. Jika 1 bulan dirasa kurang saat webbing akhir maka semua wajib didiskusikan dengan anak – anak, salah satunya pendamping memberi kesempatan anak – anak memutuskan berdikusi antar teman (pendamping hanya menjembatani). Pendamping membuat progam dan tujuan sesuai tahapan perkembangan anak, dengan acuan kurikulum jika sudah disepakati semua teman.
Gambaran proses kegiatan pendamping dan anak anak masih sama dengan gambaran saat pemilihan tema atau webing awal
Ø  Pelaksanaan kegiatan, dikarenakan anak – anak senang dengan permainan, tugas pendamping adalah mengajak mencari tahu tentang bunga (tema yang terpilih) melalui bermain, bermain atau aktifitas yang meyenangkan. Sekolah Laboratorium Rumah Citta mempunyai metode pembelajaran melalui area, motorik kasar, nonton film,  main balok, main pasir cerita buku, dongeng dan minitrip yang wajib dikombinasikan dengan tema.
Berikut ini penulis menjelaskan pengertian dan cara bermain :
                  Area adalah Permainan serupa dengan permainan metode sentra. Yang membuat berbeda yaitu, area didesain 8 alokasi bermain dalam satu ruangan, yang meliputi : area main peran, area karya seni, area sains, area persiapan berhitung, area persiapan menulis, area persiapan membaca, area komputer dan area melukis. Hal ini dilakukan jika kondisi ruangan mencukupi jika tidak maka alokasi bermain dijadwal dalam pelaksanaan, misal 1 hari 3 area atau 1 hari 4 area.
Gambaran proses pendamping saat bermain area, sebagai berikut : sebelum melakukan kegiatan bermain area penadmping menyiapkan 1 hari sebelum dimainkan anak – anak. Pendamping menyiapkan beberapa atribut sesuai dengan nama area. Misalnya bermain peran / dramatic play adalah mainan yang sesuai tema yang dimana mampu menstimulasi imajinasi atau kognitif yang perlu ditonjolkan adalah bermain peran, sosial emosi dan imajinasi untuk aspek lainnya juga di perhitungkan tetapi tidak wajib. Atributnya berupa mainan atau bahan alam yang bisa dimainkan makro / mickro
Area karya seni  adalah permainan yang biasanya pendamping kelas menyediakan  bahan limbah (sesuai dengan basis sayang lingkungan) yang sudah aman digunakan (kardus, botol plastik kertas dsb, ) aspek yang wajib ditonjolkan adalah aspek motorik halus dan kognitif, akan tetapi untuk aspek bahasa, sosial emosi dan motorik kasar juga perlu diperhitungkan dalam area karya seni tersebut. Pendamping menyediakan 1 – 2 gagasan mainan yang sudah dibuat untuk roll model.
Area sais atau pengamatan yang dilakukan anak – anak, aspek yang wajib ditonjolkanadalah aspek kognitif, akan tetapi aspek yang lain juga perlu di perhitungkan. Atribut yang digunakan dapat mengambil dari bahan limbah atau benda yang relevan misal: mengukur panjang – pendek dengan tali, berat ringan dengan batu atau pengamatan warna – warna lainnya yang menggunakan bahan limbah (gambar 6)
Area berhitung didalam area ini aspek yang ditonjolkan adalah kognitif dan motorik halus, untuk aspek lainnya juga perlu diperhitungkan dalam permainan ini. Atribut yang digunakan, pendamping juga menggunakan bahan limbah. Misalnya menempel kelopak bunga dari plastik kemasan  yang digunting.
Area membaca didalam permainan ini aspek yang ditonjolkan adalah semua aspek tahapan perkembangan kecuali motorik kasar. Atribut yang digunakan biasanya hanya kertas bekas, crayon, buku bergambar atau benda yang dituliskan namannya (anak anak mengamati dan memahami)
Area menulis didalam area ini aspek yang ditonjolkan adalah aspek motorik halus dan kognitif, adapun aspek lainnya juga diperhitungkan. Atribut yang digunakan meliputi barang bekas atau limbah juga, misalnya membuat bunga dari kertas yang diremas, sobek, gunting dan digambar.
Area melukis dalam area ini aspek yang ditonjolkan sama dengan aspek yang ditonjolkan saat membuat karya seni dan bermain peran. Atribut yang digunakan kuas, dan cat. Adapun mengecat menggunakan bahan lain juga dapat dilakukan
Area komputer dalam area bermain komputer semua aspek wajib ditojolkan. Atribut yang digunakan hanya komputer nyata yang di setting game atau sesuai kesepakatan.
Sebelum bermain didalam area, pendamping sebelumya menyampaikan materi 10 – 15 menit kemudian menjelaskan aturan bermain dan cara bermain di setiap area. Pendamping dan anak – anak juga membuat ksepakatan saat bermain di dalam area. Didalam semua area kesempatan atau tempat duduk menggunakan perbandingan 1 : 2. Jadi jika anak – anak berjumlah 10 maka pendamping menyediakan 20 tempat duduk. Setiap area berjumlahkan tempat duduk genap dan tidak boleh ganjil (hal ini di setting agar anak dapat berkomunikasi 2 arah dan saling berinteraksi aktif).
Kemudian setelah selsai bermain area dengan waktu yang di sepakati, anak anak berkumpul seperti diawal untuk menceritakan pengalamannya.
Motorik kasar. Kegiatan motorik kasar dapat dijadikan break tema atau dapat metode dalam penyampaian tema yang disepakati. Motorik kasar dilakukan seperti senam, bermain bola, mencari jejak, dan permainan yang lainnya.
Sebelum melakukan kegiatan motorik kasar, pendamping wajib menyampaikan materi (tema yang terpilih), kemudian menawarkan mau bermain yang bagaimana atau permainan apa yang cocok untuk tema, misalnya permainan  petak umpet gambar bunga (tema yang dipilih), cara bermain satu teman yang menyembunyikan gambar pada ruangan atau tempat tertentu kemudian semua teman menutup mata, dalam hitungan 1 – 10 mereka berlomba mencari gambar dan jika menemukan menceritaklan gambar yang di dapat.
Setelah kegiatan bermain anak – anak berkumpul dan istirahat, disaat bersamaan beberapa diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalaman hari ini atau pengalaman bermain
Nonton film / video. Metode ini dapat digunakan sewaktu – waktu jika anak –
anak meminta melihat proses bunga mekar atau materi tema yang tidak dapat dijangkau.
Bermain balok dan main pasir. metode ini dapat juga dikatakan sebagai break tema atau metode penyampaian materi seperti halnya saat area.
Cerita buku dan dongeng. Metode ini dapat dilakukan dalam penyampaian tema dengan cara visual yang menarik dan menggunakan sedikit media. Disini peran atau aktor tidak harus pada pendamping tetapi anak – anak diperbolehkan untuk mencoba
Mini trip. metode ini dilakukan untuk review matei yang disampaikan selama progam yang disepakati. Pendamping mengajak kelokasi yang sangat berhubungan dengan tema.

Ø  Proyek tema. Setelah beberapa proses beserta metodenya pendamping mengajak, anak – anak untuk mereview tema dan hasil pembelajaran tema dalam bentuk karya nyata.
Ø  Webbing akhir. Proses ini adalah berlawanan dari proses webbing awal, webbing akhir adalah pengumpulan data dari anak atau, pendamping mengajak mereview materi yang dipelajari selama waktu yang ditentukan secara tertulis (pendamping mencatat hasil diskusi). Jika dibandingkan dengan webbing awal, seharusnya berbeda. Didalam webbing akhir biasanya akan lebih banyak pengertian baru. Jika perbandingannya sedikit maka terjadi error dalam pelaksanaan, hal ini pendamping wajib tahu untuk kelanjutan dalam pendampingan.
Ø  Persentasi. Alur ini adalah proses terakhir unjuk gigi bagi anak – anak didepan teman – teman dan orang tua mereka. Membuktikan bahwa anak – anak juga mempunyai karya dari hasil belajar disekolah. Hal ini wajib ditawarkan terlebih dahulu boleh dan tidaknya untuk publik. Persentasi juga terbagi dalam dua metode:
Metode persentasi langsung. Dengan perwakilan atau semua pembuat karya (anak – anak) tampil bercerita didepan masyarakat sekolah dan orang tua
Metode persentasi tidak langsung. Anak – anak hanya menyampaikan ide atau gagasan tentang tema dan karya / proyek yang dibuat kemudian mempublikasikan melalui jejaring sosial, dengan kesepakatan.

            Metode – metode diatas dilakukan sesuai alur yang disepakati dan digunakan di Sekolah Laboratorium Rumah Citta, penulis menggambarkan alur kelas Sekolah Besar saat proses belajar mengajar , sebagai berikut :
08.00 – 08.15 : senam atau transisi untuk masuk dalam kelas (berkumpul dan bermain semua kelas)
08.15 – 08.30 : bermain didalam kelas atau diluar kelas yang disepakati semua anggota kelas.
08.30 – 08.35 : istirahat dan persiapan berdoa, bermain
08.35 – 09.00 : sesi anak – anak bercerita pengalaman dirumah atau tampil unjuk gigi (kesempatan tampil)
09.00 – 09.15 : penyampaian materi tema yang terpilih
09.15 – 09.30 : bermain area / motorik kasar / menonton film / mini trip dsb sesuai progam yang direncanakan
09.30 – 09.40 : mereview atau menceritakan pengalaman bermain, memecahkan masalah (jika ada)
09.40 – 09.55 : persiapan makan bekal dan makan bekal (istirahat)
09.55 – 10.00 : persiapan pulang dan pulang

            Pada semua kegiatan dan aktifitas yang bersama anak – anak, pendamping selalu mendorong untuk membuat kesepakatan dan aturan yang harus mereka lakukan sendiri.
Semua permainan dan metode yang digunakan tentu saja menekanakan pada 5 aspek yang harus dicapai. Dari kegiatan webbing awal sampai dengan presentasi pendamping wajib mengetahui aspek apa yang harus ditonjolkan atau diwajibkan, akan tetapi dalam satu kegiatan pendamping juga memperhitungkan 5 aspek dapat tercapai sekalikus dalam satu kegiatan. Hal ini untuk  mengantisipasi kejenuhan anak dalam permainan yang diulang atau sama.
            Penulis menyimpulkan bahwa berpusat pada anak untuk proses pembelajaran dapat menciptakan suasana kondusif dan efektif. (Suwarjo, dkk 2012) menyebukan  student centered learning merupakan salah satu pembelajaran yang menempakan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Hal ini berbeda dengan berpusat pada guru instructor centered learning yang menekankan pada trasfer pengetahuan dari guru kemurid yang relatif pasif.

Daftar pustaka :

Tampi., G. G. R. 2004. Decobook. Kreasi dan seni memperdayakan barang bekas. Penerbit : Gramedia Printing, Jakarta, Inonesia
Suyanto., S. 2012. Pendidikan Karakter Untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 7,  2302 – 6804.
Sudaryanti. 2012. Pentingnya Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, 15, 2302 – 6804.
Suwarjo.: Maryatun., Ika. Budi.; Kusuma., Dewi. 2012. Penerapan student centered approach pada Pembelajaran Taman Kanak – Kanak Kelompok B ( studi kasus disekolah Laboratorium Rumah Citta. Jurnal pendidikan Anak, 73, 2302 – 6804.
Andri. Y. R. 2014. Foto kenangan dan proses saat bermain kelas Tk kecil dan besar.

No comments:

Pembelajaran Science, Technology, Engineering, Art dan Mathematic untuk Anak Usia Dini

 Penulis Yudha Andry Riyanto Praktisi pendidikan anak usia dini   yudha.andri65@gmail.com STEAM merupakan singkatan dari  Science, Technolog...